Perayaan upacara adat di Indonesia sangat banyak mengingat
banyaknya kebudayaan dan daerah di Indonesia. Upacara tersebut menjadikan
negeri ini semakin kaya dengan budaya yang harus dilestarikan. Salah satu
upacara adat yang dinilai unik adalah Ritual Rambu Solo Toraja yang merupakan
upacara adat kematian bagi warga Suku Toraja Kabupaten Tanah Toraja Sulawesi
Selatan. Ritual ini sudah sangat terkenal di kalangan masyarakat Indonesia
bahkan Mancanegara.
Upacara Rambu Solo Toraja ini menjadi kewajiban bagi masyarakat
suku Toraja sebagai bukti penghormatan terakhir kepada orang yang telah
meninggal. Dalam upacara ini, ada keunikan yang diyakini masyarakat, terutama
dalam prosesi pembuatan patung atau boneka kayu. Patung atau boneka yang dibuat
tersebut dibuat untuk kemudian diletakkan di tebing dan diyakini semakin hari
semakin mirip dengan orang yang telah meninggal tersebut.
Upacara Ritual Rambu Solo Toraja tersebut didasarkan atas
kepercayaan Aluk Todolo yang merupakan Agama pertama yang dianut masyarakat suku
toraja untuk menghormati serta menghantarkan arwah orang meninggal ke alam roh.
Di alam roh itulah diyakini mereka akan menemukan Puya, tempat peristirahatan
terakhir yang berada di selatan tempat tinggal manusia. Jika Rambu Solo Toraja
bisa digelar dengan lancar, maka masyarakat Suku Toraja meyakini arwah bisa
tenang di alam lain dengan sempurna. Prosesi Ritual Rambu Solo Toraja ini juga
terkait dengan posisi arwah orang meninggal. Mereka percaya jika posisi
tersebut meliputi arwah gentayangan (Bombo), arwah dengan pencapaian tingkat
dewa (To-membali puang), dan Dewa pelindung (Deata).
Prosesi Ritual Rambu Solo Toraja digelar dengan menggunakan
beberapa tahapan, termasuk atraksi budaya yang bisa ditonton oleh orang banyak. Atraksi tersebut meliputi adu kerbau, dimana
hewan itu diadu terlebih dahulu sebelum disembelih. Ketika disembelih, ada hal
unik yang mengikuti prosesi ini yaitu kerbau disembelih dengan cara menebas
leher kerbau tersebut pada saat dalam posisi berdiri. Cara penyembelihan
tersebut lasim disebut ma’ tinggoro yang merupakan salah satu ciri khas dalam
ritual Rambu solo tersebut.
Selain itu, upacara Ritual Rambu Solo Toraja juga
menggunakan kerbau yang spesial karena menyediakan kerbau belang jenis bonga
dan saleko yang merupakan jenis kerbau yang memiliki ukuran nilai sosial sangat
tinggi. Harga kerbau tersebut mencapai 50 sampai 100 juta rupiah. Semakin
tinggi status sosial orang yang meninggal, maka semakin banyak kerbau yang
disembelih. Keluarga dari golongan menengah biasanya menyediakan 8 ekor kerbau
yang ditambah 50 ekor babi untuk prosesi Ritual Rambu Solo Toraja. Untuk
keluarga bangsawan bahkan kerbau yang disembelih bisa mencapai 24 ekor hingga
100 ekor.
Keunikan lainnya dari upacara Ritual Rambu Solo Toraja
adalah adanya prosesi adat yang lasim disabut ma’badong. Ma’badong adalah
merupakan nyanyian senandung ratapan yang mengungkapakan kesedihan dari pihak
keluarga maupan sahabat dari orang yang telah
meninggal. Prosesi ma’badong dilakukan dengan cara bergandengan tangan
membentuk satu lingkaran dengan gerakan khas yang telah menjadi ketentuan
sambil menyanyikan senandung ratapan.
No comments:
Post a Comment