Labels

Thursday, 14 May 2015

Batu Akik Sigori Lafau Asal Nias Bernilai Rp 15 Milyar

Tren batu akik yang tengah melanda tanah air, dan sempat heboh dengan penemuan batu yang bernilai milyaran di Aceh, kini muncul lagi penemuan batu yang bernilai milyaran rupiah di Kepulauan Nias, Sumatera Utara.
Karsani Aulia Polem (33), seorang pemburu batu akik asal Jalan Pattimura, Desa Mudik, Kecamatan Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara, memperkenalkan batu jenis sigori lafau yang diklaim bernilai milyaran rupiah.
Keunikan dan kesulitan dalam mendapatkan batu itu membuat Karsani yang telah lama mengoleksi puluhan batu akik ini membanderol batu sigori lafau dengan harga Rp 15 miliar.
“Batu akik sigori lafau ini saya jual seharga Rp 15 miliar dan akan disertifikatkan. Sebelumnya sudah ditawar seharga Rp 1,2 miliar di kawasan Palladium, Kota Medan, Sumatera Utara,” kata Polem, Senin (2/3/2015).
Meskipun batu sigori lafau hanya berukuran panjang 6 cm, lebar 3 cm, dan tebal 0,5 cm; dengan berat 4 gram. Tetapi, di dalam batu terdapat butiran emas, perak, dan berlian yang tersebar di seluruh bagian. Beberapa warna dasar memenuhi ruang batu, yakni merah, abu-abu, kuning, merah muda, hitam, dan beberapa warna lainnya.
Selain karena harganya yang sangat mahal, batu sigori lafau ini diyakini masyarakat Kepulauan Nias sebagai salah satu batu tertua di muka bumi. Sementara itu, sebagian masyarakat di Kepulauan Nias yang tinggal di sekitar daerah aliran sungai meyakini batu ini dapat digunakan sebagai penangkal longsor.
Sebagian warga Kepulauan Nias yang hobi mengoleksi batu akik sering datang ke sungai atau ke sejumlah penjual untuk berburu batu akik mentah. Tidak tanggung-tanggung, batu akik yang dapat di peroleh dari sungai Kepulauan Nias antara lain junjung drajat, lavender, badar besi, dan lumut. Dalam sehari, warga bisa mendapatkan 20 sampai 50 batu berbagai jenis.
Tambah Karsani, biasanya batu-batu akik mentah dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 500.000. Namun, karena dia membanderol harga batu akiknya dengan harga yang sangat tinggi, maka banyak warga yang berdatangan setiap hari dari berbagai desa, bahkan dari luar Kepulauan Nias, untuk melihat keunikan batu miliknya.
Hingga saat ini, Karsani mengaku masih menyimpan batu berbentuk liontin tersebut, dan dia berencana mengetes batu akik tersebut di laboratorium.
“Dalam waktu dekat, saya akan mengirimkan salah satu contoh batu ini ke Gem Research International (GRI) melalui perwakilan yang ada di Medan,” ujar Karsani.
Dengan penelitian di lab nantinya dapat diketahui dan dapat ditelusuri apakah unsur yang terkandung di dalam batu sigori lafau tersebut dapat ditemukan di daerah lain.

No comments: